SIRENTA YANG BERHATI MULIA

Mungkinkah sudah tiba saatnya mulutku untuk tiada lagi bicara, mataku tiada melihat dan telingaku tiada mendengar, hingga terhenti aliran darah, terhenti detakan nadi, hanya menyisa senyum akan kerinduan pada mama terkasih, yang slalu membayang dalam sanubari.

Entah kepada siapa aku harus mengadu, entah harus kemana aku harus berteduh, dikala tempat bernaung diri tiada lagi dapat menjadi sandaran hati.

Aku bukanlah anak yang terlahir dijalanan, namun mengapa hidupku menjadi terasing dan terbuang, aku bukanlah anak yang hilang bakti, namun mengapa kehidupanku seakan menjadi duri, yang mengoyak kebahagiaan pada mahligai sang penopang kehidupan.


Maafkan aku papa..
Bukanlah aku tiada ingin mengabdi, namun ragaku sungguh sudah tiada lagi kuat untuk berdiri, karena aku rindu tanganmu yang perkasa yang tiada membuat aku terlunta, aku ingin berhangat dalam bentangan sayap sayangmu, walau ini mungkin untuk yang terakhir kali aku melihatmu.

Kini biarlah aku berpayung hidup dengan tangan sirenta, yang membentang sayap cinta, yang menjulang budi kasih, yang dapat membuatku tersenyum, walau terasa pedih sangatlah mengoyak hati.


Ya tuhan..
Maafkan aku yang telah lelah dengan do,a, bila takdir hidupku sampai disini usahlah kau membebani sayap sayap yang punya rasa kasih, dan bila ini adalah menjadi ujung dari usiaku, janganlah kau baluri deritaku dengan derasnya hujan airmata, hingga aku dapat melangkah disurgamu dengan tiada rasa
- B E R S A L A H –