Entah mengapakah gelas yang kupegang menjadi terjatuh?, mungkinkah ada
derita dalam hatimu ataukan nasib baik tiada lagi menyertaiku, sungguh aku
tiada tau!, namun seakan ada ikatan yang terlepas dalam
jiwaku.
Lelah sudah mata tiada terpejam dikala terkenang kisah yang silam, kisah
yang tiada mungkin terlupakan, kisah akan dirimu yang kini Jauh dikampung halaman.
Lama sudah tiada kudengar suara akan celoteh candamu yang mesra,
mungkinkah engkau masihlah sayang ataukah engkau sudah berkawan, sungguh jiwaku
terbakar api kerinduan.
Malaju sudah kereta tumpangan meniti hutan juga lembah yang curam, entah
mengapa khayalku slalu melayang dikala teringat janji dari kekasih yang
telah aku rindukan.
Aku tiada gentar akan awan yang berubah hitam yang bersambut hujan juga
petir menyambar, aku berlari menyibak
segala halang, aku
terjatuh dengan darah bercucuran, namun semua tiada aku hiraukan, karena
tujuanku hanyalah satu hanya untuk bersua denganmu duhai kekasihku.
Namun sungguh aku tiada mengerti, langkahku terhenti bagai hilang tulang
dan sendi, disaat kulihat wajah cantikmu bersanggul melati
duduk bersanding dalam tahta mahligai yang suci.
Entah apa yang harus aku katakan sedang bibirku hanya mampu bergetar, entah apa yang harus
aku lakukan sedang tangan dan kaki bagai terantai.
Kini hanya desah yang kuhirup panjang untuk menghilang sesak dari hari yang tersayat, dari sebuah pesta yang meriah,
yang bukan
untukku, yang bukan untuk kita seperti yang pernah kita ucapkan untuk
slalu