090 - ISTANA PASIR

Berjuta bunga telah engkau hiaskan dalam langkah hidupku yang semakin merapuh, hingga membangkitkan segumpal harapan dari hidupku yang terhanyut dalam kelam.


Aku memujamu, aku menyayangmu dan hanya engkaulah satu pengharapan dalam kehidupanku.


Terlalu manis untaian kata, terlalu merdu ucap suara, hingga aku terlena akan belaian asmara.

Hatiku bahagia, jiwaku menggelora, hingga aku bagai tiada mampu melewati hari bila tanpa bertatap mata.

Engkau yang telah membuat rasaku bagai melayang diatas awan, bertabur mimpi berhias sinaran bintang juga rembulan.

Engkau yang telah membuat akar cintaku kembali segar, tumbuh subur bertangkai bunga bunga yg bermekaran, hingga dalam hidupku slalu ada dendang rindu yang mengalun syahdu.

Engkaulah pilihan dalam hidupku, engkaulah impian dlm mahligaiku, namun mengapa kini engkau berpaling kasih.

Aku tercampak, aku terbuang dan aku terkulai, kiranya janjimu hanyalah laksana istana pasir, yang sekejap terlihat indah, namun sekejap runtuh terhempas dan terhanyut ombak laut dipesisir.

Mengapakah manis di bibir berucap cinta bila akhirnya membuat hatiku terluka, mengapakah dimulut berucap sayang bila akhirnya engkau berpaling pandang.

Sungguh hatiku terluka, sungguh jiwaku menderita, kiranya hatiku merapuh bagai istana pasirku yang mulai runtuh.

Haruskah aku menangis melihat mahligaimu yang berhias canda dan tawa, sanggupkah aku melihat pestamu yang berhias bunga bunga indah, sungguh aku tak berdaya.

Jiwaku terhempas badai asmara yang menghantam, harapanku musnah, bagai istana pasirku yang kini telah menjadi rata terhanyut oleh gelombang samudra