SELAMAT jALAN PAPA


Ketika detak nadi tiada lagi berpacu, terhenti aliran darah, terkubur harapan jiwa, hanya hembusan dingin dari raga terbaring, yang terbujur lemah dengan tiada lagi mampu berkata.

Mataku belumlah puas menyinta, jiwaku belumlah puas menyayang, namun mengapa dengan tiada mengucap sepatah kata diriku engkau tinggalkan, sehingga dimusim dingin yang tiada bersalju, kiranya telah membuat jiwaku terlelap dalam impian semu.


Karena walaupun aku hanya berada dibumi kecil dari kehidupanmu, kiranya dengan cahaya cintamu telah menerangi pekatnya jalan hidupku, sehingga barulah kini aku sadari, bahwa sesungguhnya sayangmu bukanlah seonggok debu yang hanya mengotori sayap sayap kasih yang engkau singgahi, namun kiranya sebuah kilau permata yang slalu menerang disetiap insan yang redup akan kasih sayang.
Papa..
Bukan aku tiada melihat dikala engkau terjaga sebelum ayam jantan terbahak, bukan pula aku tiada mendengar dikala desah keluhmu yang menahan pegal melemah tulang, namun apalah dayaku yang telah kalah oleh semangatmu, yang tiada ingin terdiam untuk melihat lelapku banjir senyuman.

Karena engkaulah maha guru yang telah mengajariku banyak ilmu, yang telah membuatku tegar dari setiap tamparan yang menerpa kehidupan, sehingga manalah mungkin aku terlelap dengan mantra keindahan, apabila tangan lembutmu tiada lagi memanja diriku dengan belaian.


Papa..
Kusebut namamu disetiap bait do’aku, kurenung wajahmu disetiap senja menjemput malamku, sehingga walaupun kini diriku engkau tinggalkan namun nyatanya jejak sayangmu terlalu berharga untuk terlupakan.

Kini hanya gambar usang yang indah terbingkai, yang slalu mengingatkan pada sebuah kenangan, manakala disaat terakhir engkau memanja diriku dengan kasih sayang dan seketika menghilang dikala alam mulai ramai.

Entah bumi yang mana harus aku jejaki, manakala langit sayangmu tiada lagi memayungi, sedang tanpamu hidupku laksana benang kusut yng bersimpul tiada berujung, kujalani hariku dengan setumpuk rindu yang menggunung.
Sehingga tiada lagi rangkaian indah yang dapat melerai lelah, tiada lagi belaian mesra yang membuat tidurku terlena, hanya puing puing penyesalan dari noktah hati yang terkadang bersimpang, yang karena serakah akan sayang kiranya jiwaku terlarut dalam kedukaan.

Karena tiada segunung api yang dapat memberiku kehangatan, tiada selaksa lembah yang mampu memeberikanku kesejukan, namun selembar pelepah dari keridhoan sayangmulah yang membuat hatiku tentram.

Papa..
Kini engkau telah berpulang, berhangat dibumi yang merah dengan senyuma, kiranya hanya do’a do’a kebaikan yang mampu aku panjatkan, untuk membuatmu sklalu tersenyum disurganya tuhan.

Maafkan aku papa yang tiada mampu menjadi penyangga disaat engkau menderita, maafkan aku papa yang tiada mampu membuat mimpi mimpimu menjadi sempurna, maafkan aku papa yang tiada mampu membuatmu tersenyum sampai usiamu menggunung.
Ya allah..
Mengapa engkau ciptakan duka pada hatiku yang terlalu besar mencinta, sehingga lemah lunglai hatiku terkapar, mengais rindu yang tiada mampu terwujudkan.

Duhai papa..
Walau jalan yang engkau lalui begitu singkat, namun cinta untukmu niscaya tiada akan pernah berkarat, karena engkaulah persembahan cinta yang luar biasa, yang tiada siapapun dapat menggantikannya, sehingga sudah sepantasnya bila surga menjadi rumah kedua untuk tempatmu
- B E R S I N G G A H  -
I love you papa....